PLTU CO-FIRING- Menganti Batubara dengan Cangkang Kelapa Sawit
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Co-firing merupakan Pembangkit PLTU yang mencampurkan bahan bakar batubara dan biomassa (cangkang sawit). Co-firing sendiri merupakan penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial ke dalam boiler PLTU batubara. Proses Co-Firing dilakukan tanpa menambah biaya (capex) ataupun membangun pembangkit EBT (biomassa) baru, sehingga lebih kompetitif. Benefit yang dihasilkan dari program co-firing pada PLTU batubara adalah reduksi emisi serta penghematan BPP, sehingga dapat mendorong Indonesia menjadi lebih hijau. Limbah sawit dapat dipergunakan menjadi energi dan tidak terbuang percuma.
Dengan implementasi Co-Firing pada PLTU tidak hanya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga turut mendorong efisiensi dari operasional pembangkit. Dari beberapa pembangkit sudah bisa mereduksi emisi karbon di pembangkit batu bara. Sebagai contoh Co-Firing di PLTU Sanggau mampu mereduksi emisi karbon sebesar 9,5 persen dari yang sebelumnya 10,2 persen. Kemudian juga di PLTU Belitung bisa mereduksi emisi karbon dari sebelumnya 19,1 persen menjadi 17,9 persen. Selain itu, PLN juga mengembangkan co-firing di PLTU Paiton berkapasitas 2×400 MW menggunakan olahan serbuk kayu, PLTU Ketapang berkapasitas 2×10 MW, dan PLTU Tembilahan berkapasitas 2×7 MW dengan memanfaatkan olahan cangkang sawit. Bagi desa-desa yang belum terjangkau jaringan listrik namun memiliki perkebunan sawit tentunya memiliki potensinya untuk pembangunan pembangkit Co-firing tersebut.
Sumber : kompas.id & cnbcindonesia.com