Salah satu program peningkatan efessiensi energi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pemerintah membuat uji kegiatan konservasi peningkatan effisensi energi dengan metode co-firing. Hal ini di dukung oleh perusahaan listrik negara (PLN), uji coba metode Co-firing dilakukan berguna utuk mengurangi pemakaian batubara yang pasokanya semakin menipis dan dampak lingkungan yang dihasilkan juga kurang baik. Maka pemerintah membuat uji coba Metode Co-firing dengan menggunakan cangkang kelapa sawit. Hasilnya, dari beberapa parameter menunjukan bahwa Co-firing dari bahan batubara dan cangkang kelapa sawit menunjukan efek baik dan aman bagi coal mill dalam rasio 3%. Sebagai salah satu bahan Co-fring, cangkang kelapa sawit mempunyai pesona yang memikat. Dikarenakan hasil cangkang kelapa sawit di peroleh dari limbah industri yang minim untuk di daur ulang. Di samping itu cangkang kelapa sawit juga solusi dari faktor bimasa yang membutuhkan lahan yang luas media penanamanya untuk Co-firing PLTU batubara di Indonesia.

Di lihat dari nilai kalor, nilai kalor cangkang kelapa sawit di kisaran angka 3.500 kkal/kg4.100 kkal/kg jika di bandingkan dengan nilai kalor batubara sebesar 4800 kkal/kg sampai 7200 kkal/kg maka cangkang kelapa sawit cukup bisa menjadi bahan Co firing batubara. Nilai ini merupakan nilai yang cukup spektakuler dibanding Biomassa yang lain dalam segi pertimbangan dan dampak lingkunganya. Dampak lingkungan yang di hasilkan pada cangkang kelapa sawit hanya memiliki kadar abu yang sangat rendah dikisaran 2% – 3%. Sehingga cangkang kelapa sawit cocok digunakan Co-firing pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Agar bisa di terapkan Co-firing menggunakan cangkang kelapa sawit pada PLTU batubara, diperlukan adanya manajemen pemasokan dan logistik.

Sumber : https://www.kompasiana.com/bagasindayatna6777/601e66da8ede48714b53fdb2/optimasi-manajemen-pemasokan-dan-logistik-cangkang-kelapa-sawit-sebagai-biomassa-co-firing-pltu